Diberdayakan oleh Blogger.
Latest Post

REGGAE DAN RASTA IDENTIK DENGAN GANJA

Written By Unknown on Jumat, 03 Januari 2014 | 10.56



Apa Sih Definisi Reggae...???

Reggae itu adalah suatu aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika pada akhir era 60-an. Walo kerap dipergunakan secara luas untuk menyebut hampir segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya merujuk sama gaya musik khusus yang muncul ngikutin perkembangan ska sama rocksteady.

Kata “reggae” itu sebenernya diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika dari kata “ragged” (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang yang menari dengan iringan musik ska atau reggae). Irama musik reggae itu sendiri terkontaminasi (kayak bahan kimia aja: terkontaminasi. He... He...) elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro-Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) sama musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang kaya sama irama Afrika. Irama musik yang banyak dianggap menjadi pendahulu reggae itu adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B yang berkembang di Jamaika yang sarat sama pengaruh musik Afro-Amerika. Secara teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya cara ngocok gitar secara terbalik (up-strokes). Kayak adonan aja ya, dikocok. Selain itu, juga cara mereka memberi tekanan nada pada nada lemah (syncopated) dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.

Reggae itu berbasis sama gaya ritmis yang bercirikan aksen pada off-beat ato sinkopasi, yang dikenal juga dengan istilah skank.

Pada umumnya reggae memiliki tempo lebih lambat dibandingin ska atopun rocksteady. Biasanya dalam reggae terdapat aksentuasi di ketukan kedua dan keempat pada setiap bar, dengan gitar rhythm juga memberi penekanan pada ketukan ketiga; ato nahan kord di ketukan kedua sampe ketukan keempat dimainkan. Utamanya "ketukan ketiga" itu, selain tempo dan permainan bassnya yang kompleks yang ngebedain reggae sama rocksteady, meskipun rocksteady maduin pembaruan-pembaruan itu secara terpisah.

Udah segitu aja dulu... Entar kita bahas lagi di Sejarah Reggae.


Sejarah Reggae


Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Sebenarnya di tahun itu nggak ada kejadian khusus yang jadi penanda awal muasalnya, kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan Rocsteady, yang sempat populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir tahun 1960-an, pada irama musik baru yang bertempo lebih lambat : reggae. Boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang tepat sama kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Jamaika pada saat itu yang sedang penuh tekanan.

Akar musikal reggae sendiri berhubungan erat sama tanah yang ngelahirin musik reggae itu: Jamaika. Saat ditemukan oleh Columbus pada abad ke-15 (inget kan pelajaran sejarah waktu SMP dulu?), Jamaika adalah sebuah pulau yang dihuni oleh suku Indian Arawak. Nama Jamaika sendiri berasal dari kosa kata Arawak “xaymaca” yang artinya “pulau hutan dan air”.

Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memunahkan suku Arawak, yang kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit hitam dari daratan Afrika. Budak-budak itu dipekerjakan di industri gula dan perkebunan yang bertebaran di sana. Sejarah kelam penindasan antar manusia pun dimulai dan berlangsung hingga lebih dari dua abad. Baru pada tahun 1838 praktek perbudakan dihapus, yang diikutin juga sama melesunya perdagangan gula dunia.

Di tengah kerja berat dan ancaman penindasan, kaum budak Afrika memelihara keterikatan mereka sama tanah kelahirannya dengan mempertahankan tradisi. Mereka nyeritaian kehidupan di Afrika melalui nyanyian (chant) dan bebunyian (drumming) sederhana. Interaksi dengan kaum majikan yang berasal dari Eropa pun ninggalin bekas produk silang budaya yang akhirnya jadi tradisi folk asli Jamaika. Kalo komunitas kulit hitam di Amrik ato Eropa dengan begitu cepat luntur identitas Afrika mereka, sebaliknya, bro, komunitas kulit hitam Jamaika masih merasakan kedekatan dengan tanah leluhur. Yang ini nih yang patut kita tiru: nasionalisme yang tinggi.

Sejarah gerakan penyadaran identitas kaum kulit hitam, yang kemudian berhubungan erat sama keberadaan musik reggae, mulai disemai pada awal abad ke-20.

Adalah Marcus Mosiah Garvey, seorang pendeta dan aktivis kulit hitam Jamaika, yang ngeluarin gagasan “Afrika untuk Bangsa Afrika…” dan menyerukan gerakan pemulangan kembali (ato bahasa kerennya itu repatriasi) masyarakat kulit hitam di luar Afrika.

Pada tahun 1914, Garvey mendirikan Universal Negro Improvement Association (UNIA), gerakan sosio-religius yang dinilai sebagai gerakan kesadaran identitas baru buat kaum kulit hitam.

Pada tahun 1916-1922, Garvey ninggalin Jamaika buat ngebangun markas UNIA di Harlem, New York. Konon sampai tahun 1922, UNIA punya lebih dari 7 juta orang pengikut. Antara tahun 1928-1930 Garvey balik lagi ke Jamaika dan terlibat dalam perjuangan politik kaum hitam dan pada tahun 1929 Garvey
meramalkan datangnya seorang raja Afrika yang menandai pembebasan ras kulit hitam dari penindasan kaum Babylon (sebutan untuk pemerintah kolonial kulit putih—merujuk pada kisah kitab suci tentang kaum Babylon yang menindas bangsa Israel). Ketika Ras Tafari Makonnen dinobatin sebagai raja Ethiopia di tahun 1930, yang bergelar HIM Haile Selassie I, para pengikut ajaran Garvey nganggap Ras Tafari sebagai sosok pembebas itu. Mereka juga ngeyakinin Ethiopia sebagai Zion—tanah damai bak surga—bagi kaum kulit hitam di dalam maupun luar Afrika. Ajaran Garvey pun mewujud sebagai religi baru bernama Rastafari dengan Haile Selassie sebagai sosok yang di-tuhan-kan.

Pada bulan April 1966, karena ancaman pertentangan sosial yang ngelibatin kaum Rasta, pemerintah Jamaika mengundang HIM Haile Selassie I untuk berkunjung menjumpai penghayat Rastafari. Dia menyampaikan pesan nyediain tanah di Ethiopia Selatan buat repatriasi Rasta. Namun Haile Selassie juga nekanin perlunya Rasta untuk ngebabasin Jamaika dari penindasan dan ketidak adilan dan ngejadiin Rastafari sebagai jalan hidup (ato kalo orang Britania bilang: way of life), sebelum mereka eksodus ke Ethiopia.

Tahun-tahun setelahnya kredo gerakan tersebut makin tersebar luas, yakni “Bersatunya kemanusiaan adalah pesannya, musik adalah modus operandinya, perdamaian di bumi seperti halnya di surga (Zion) adalah tujuannya, memperjuangkan hak adalah caranya dan ngilangin segala bentuk penindasan fisik dan mental adalah esensi perjuangannya.” Ketika Bob Marley menjadi pengikut Rastafari di tahun 1967 dan setahun kemudian disusul kelahiran reggae, maka modus operandi penyebaran ajaran Rastafari pun ditemukan: reggae!

Sejarah Rasta

Rasta, ato Gerakan Rastafari ato Rastafari Movement, adalah sebuah gerakan agama baru yang mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar Ethiopia, sebagai Raja diraja, Tuan dari segala Tuan dan Singa Yehuda sebagai Yah (nama Rastafari buat Allah, yang merupakan bentuk singkat dari Yehovah yang ditemukan dalam Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi Raja James), dan bagian dari Tritunggal Kudus. Nama Rastafari berasal dari Ras Täfäri, nama Haile Selassie I sebelum ia dinobatin sebagai kaisar. Gerakan ini muncul di Jamaika di antara kaum kulit hitam kelas pekerja dan petani pada awal tahun 1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran terhadap nubuat Alkitab, aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran nabi mereka, seorang penerbit dan organisator Jamaika kulit hitam, Marcus Garvey (masih inget. Kan?), yang visi politik dan budayanya ikut nolongin nyiptain suatu pandangan dunia yang baru. Gerakan ini kadang-kadang disebut "Rastafarianisme"; tapi istilah ini dianggap nggak pantes dan nyinggung perasaan banyak kaum Rasta.

Gerakan Rastafari udah menyebar di berbagai tempat di dunia, terutama melalui imigrasi dan minatnya dilahirkan oleh musik Nyahbinghi dan reggae —khususnya musik Bob Marley, yang dibaptiskan dengan nama Berhane Selassie (Cahaya Tritunggal) oleh Gereja Ortodoks Ethiopia sebelum ia meninggal, sebuah langkah yang juga diambil belakangan oleh jandanya, Rita.

Pada tahun 2000, ada lebih dari satu juta Rastafari di seluruh dunia. Sekitar 5-10% dari penduduk
 Jamaika mengidentifikasikan dirinya sebagai Rastafari. Kebanyakan kaum Rastafari vegetarian atau hanya memakan jenis-jenis daging tertentu. Di AS ada banyak sekali restoran vegetarian Hindia Barat, yang nyediain makanan Jamaika.

Doktrin

Rastafari berkembang di antara penduduk yang sangat miskin, yang ngerasa kalo masyarakat nggak bakalan nolongin mereka kecuali ngebikin mereka jadi lebih menderita. Kaum Rasta memandang diri mereka sebagai penggenap suatu visi tentang gimana orang Afrika harus hidup. Mereka ngerebut kembali apa yang mereka anggap sebagai kebudayaan yang telah dicuri dari mereka ketika dibawa di kapal-kapal budak ke Jamaika, tempat lahirnya gerakan ini.

Doktrin Rastafari beda banget sama norma-norma pikiran dunia barat modern. Hal ini disengaja sama kaum Rasta sendiri. Beda sama kebanyakan kelompok keagamaan modern dan Kristen yang cenderung nekankin konformitas dengan "kekuasaan yang ada", Rastafari sebaliknya nekanin kesetiaan sama konsep mereka tentang "Sion" dan penolakan masyarakat modern ("Babel"). "Babel" dalam hal ini dianggap ngeberontak terhadap "Penguasa Dunia Sejati" (YAH) sejak zaman Nimrod.

"Cara hidup ini" tidak sekadar dikasih makna intelektual, atau "keyakinan" seperti yang biasa diistilahkan. Ini adalah masalah mengetahui atau menemukan identitas sejati diri sendiri. Ngikutin dan nyembah YAH Rastafari berarti nemuin, nyebarin dan "nempuh" jalan di mana orang telah dilahirin dengan sebenarnya.

Agama ini sulit dikategorikan, karena Rastafari bukan suatu organisasi yang tersentralisasi. Masing-masing Rastafari mencari kebenaran untuk dirinya sendiri, sehingga akibatnya terdapat berbagai keyakinan yang masuk ke bawah payung besar bernama Rastafari.

Yang perlu ditekanin disini adalah rastafari merupakan suatu ajaran hidup bukan suatu agama. PBB uga udah ngakuin keberadaan ajaran ini. Ajaran ini sebenarnya mengajarin seseorang untuk hidup bersih, tidak meminum alkohol dan nggak ngerokok. Tapi kebanyakan orang salah kaprah sama Reggae. Banyak yang nganggap kalo reggae selalu identik sama rasta yang juga diartiin banyak orang dengan ngisap ganja dan bergaya hidup semaunya, tanpa tujuan. Reggae adalah sebuah genre musik yang dipelopori oleh Bob Marley. Dan tentunya disini, seorang pecinta reggae tidak selalu berpenampilan kayak Bob Marley ato menganut rasta. Sebaliknya, belum tentu penganut rasta menyukai reggae. Hal inilah yang harus dipahami oleh semua kalangan agar “melek” terhadap musik berirama santai ini.

“Terus sekarang masalahnya, mengapa saya memakai embel-embel rastafara? Embel-embel ini tentunya bukan berarti saya juga penganut rastafarian. Saya sebenarnya terinspirasi dari musisi reggae tanah air.” Tutur Yanuar Catur Rastafara. Bang Tony Q Rastafara yang juga mencantumkan rastafara pada nama belakangnya. “Rastafara yang saya ambil disini adalah filosofinya, yaitu rasa senang dan cinta terhadap perdamaian. Cinta kepada alam, cinta pada anak kecil, cinta wanita, dan segala sesuatu yang beratasnamakan cinta. Saya juga bukan pengisap ganja ataupun berambut gimbal, tetapi saya sangat
 cinta akan irama lantunan musik reggae beserta lirik-liriknya. Seorang pengagum reggae belum tentu dreadlock rasta atau identik dengan rambut gimbal dan ganja, jadi salah bila orang yang beranggapan sebaliknya. Saya suka dan cinta kepada musik reggae karena musik ini selalu membawa hati saya kedalam goa perdamaian. Mungkin, jika semua orang menyukai musik reggae, tentunya tak akan ada perang yang tak kunjung henti.” One love, one heart.. Woyyyooooo Man.. Alright.

Afrosentrisme Rasta dan Merah Kuning Ijo

Secara sosial, Rastafari adalah suatu tanggapan terhadap penyangkalan rasialis terhadap orang-orang kulit hitam sebagaimana yang dialami di Jamaika, pada tahun 1930-an orang-orang kulit hitam berada di tingkat tatanan sosial paling bawah, sementara orang-orang kulit putih dan agama mereka (umumnya Kristen) berada di paling atas. Anjuran Marcus Garvey agar orang-orang kulit hitam bangga akan diri mereka dan warnisan mereka mengilhami kaum Rasta buat meluk apa aja yang bersifat Afrika. Mereka ngajarin kalo mereka dicuci otak saat berada dalam tawanan buat nyangkal segala sesuatu yang berkaitan sama kulit hitam dan Afrika. Mereka ngebalik citra rasialis mereka dan nganggap primitif dan langsung dari hutan dan malah merangkulnya -- meskipun itu berlawanan -- dan menjadikan konsep-konsep ini sebagai bagian dari budaya Afrika yang mereka anggap telah dicuri dari mereka ketika mereka dibawa dari Afrika di kapal-kapal budak. Dekat dengan alam dan dengan savana Afrika serta singa-singanya, di dalam roh, kalo bukan secara badani, adalah gagasan sentral mereka tentang budaya Afrika.

Identifikasi Afrosentris penting lainnya adalah warna merah, emas, dan hijau, dari warna bendera Ethiopia. Warna-warna ini adalah lambang gerakan Rastafari, dan kesetiaan kaum Rasa terhadap Haile Selassie, Ethiopia, dan Afrika dan bukan kepada negara modern manapun di mana mereka kebetulan tinggal. Warna-warna ini seringkali terlihat dalam pakaian dan hiasan-hiasan lainnya. Merah melambangkan darah para martir, hijau melambangkan tetumbuhan Afrika, sementara emas melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang ditawarkan Afrika. (Sebaliknya, sejumlah pakar Ethiopia menyatakan bahwa warna-warna ini berasal dari pepatah lama yang bilang sabuk sabuk Perawan Maria adalah pelangi, dan warna merah, emas, dan hijau melambangkan semuanya ini.)

Banyak dari pemeluk Rastafari berusaha mempelajari bahasa Amharik, yang mereka anggap sebagai bahasa aslinya, karena inilah bahasa yang dipergunakan Haile Selassie I, dan untuk mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Ethiopia—meskipun pada praktiknya kebanyakan pemeluk Rasta tetap berbahasa Inggris atau bahasa kelahiran mereka. Ada pula lagu-lagu reggae yang ditulis dalam bahasa Amharik.

Kenapa Reggae dan Rasta Diidentikkan Sama Daun Ganja?

Nah, sekarang kita udah nyampe pada inti tulisan ini.

Mengenai hal ini, banyak fersi yang ngejelasin kenapa reggae dan rasta diindentikkan sama daun ganja. Ada yang bilang ini merupakan bentuk identifikasi afrosentris dengan ajarannya: menyatu dengan alam, termasuk juga dengan ganja. Tapi pendapat ini kayaknya kurang pas deh, soalnya bertentangan banget
sama ideologi rasta. Trus, gimana dong...??? Sabar dong, sisti...!!!

Rastafari nganjurin pengikutnya buat ngejauhin materialisme dan hidup alami. Mereka juga di larang memotong bagian tubuhnya (maka dari itu rambut mereka di biarkan menggimbal), dan memakan daging. Asap mariyuana juga di anjurkan di pakai buat meditasi para rastafari. Inget...!!! Ganja hanya dipake buat ritual keagamaan saja, bukan buat seneng-senengan doang.

Lah, trus, kenapa reggae dan rasta identik sama ganja?

Kayak yang udah kita bahas di depan. Om Bob adalah legenda reggae. Dia juga seorang rastafarian. Sedangkan menurut sebagian pendapat, dalam ajaran rastafari marijuana dipake sebagai mediasi dalam meditasi.

Dan Reggae nggak selalu identik sama ganja. Anggapan itu sebenernya karena memandang para musisi Reggae yang selalu menggunakan gambar daun ganja sebagai Cover di Album mereka. Apalagi salah seorang musisi Reggae Peter Tosh tiap kali manggung selalu menghisap daun ganja dan dia pernah bikin lagu tentang pelegalan ganja yang berjudul Legalize It, yang mengakibatkan dia ditangkap polisi Jamaika. Tuh, di Jamaika aja (tempat lahirnya musik reggae dan gerakan rastafari) dilarang.


Makna Warna Merah, Kuning, Hijau,

Warna hijau kuning merah itu adalah warna bendera Rastafari Movement atau sering disingkat dengan Rasta. Rastafari adalah sebuah agama yang lahir di Jamaica, namun ada juga yang lebih suka menyebutnya the way of life ketimbang agama. Agama tersebut berdasarkan pada Alkitab namun telah dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan-kepercayan religius lainnya di Jamaica.

Setiap warna dari bendera Rastafari tersebut memiliki makna tersendiri. Merah melambangkan darah yang tumpah ke bumi, kuning melambangkan emas yang hilang atau kemakmuran juga matahari yang memberikan kehidupan pada semua, dan hijau melambangkan daratan hijau afrika yang hilang.



Lalu ada apa dengan ganja? Ganja atau canabis atau mariyuana dibawa pertama sekali ke Jamaika pada akhir tahun 1800 oleh orang-orang India timur. Sebelum Rastafari muncul ganja digunakan sebagai obat atau dicampur dengan tembakau untuk rokok. Untuk Rastafarian, Ganja digunakan untuk memperoleh kebijaksanaan dan menjadi bagian dari ritual keagamaan untuk mendekatkan diri mereka pada “Jah” (Tuhan). Jadi dengan kata lain mereka sembahyang dengan ganja biar lebih khusuk gitu.

Bob Marley, King of Reggae, yang terkenal dengan rambut gimbal yang mengispirasi Mbah Surip itu adalah Rastafarian. Dengan musik Reggae yang berasal dari Jamaica Bob Marley menyebarkan pengaruh Rastafari keseluruh dunia. Karena itulah mengapa selalu ada Bob marley dengan warna merah kuning hijau dan ganja.

Menyoal tentang rambut gimbal Bob Marley, ternyata itu juga ada makna tersendiri bagi Rastafari diantaranya adalah bagian dari sumpah dalam Injil Nazarene dan Leviticus yang melarang mereka untuk mencukur rambut (tapi bukan berarti rastafarian ini selalu berambut gimbal, ada juga yang tidak). Makna yang lain adalah gimbal melambangkan identitas mereka, agar mereka tidak lupa siapa mereka dan mengingatkan mereka pada Jah (Tuhan) karena dengan rambut gimbal mereka terlihat seperti singa (Lion of Judah, mungkin)
Ok, kita sudah bicara panjang lebar tentang Rastafari ini, tapi apa sebenarnya tujuan Rastafari ini? Saya juga gak tau, tapi ada yang bilang mereka adalah sebuah gerakan keagamaan dan sebuah revolusi kebudayaan untuk perdamaian dunia, keselarasan rasial, ekonomi, dan reformasi politik. Tapi menurut yang saya pahami dari bacaan saya alasan munculnya Rastafari adalah untuk kebebasan orang kulit hitam, maknanya disini adalah pembangkangan terhadap penindasan dan simbol kebanggan sebagai kulit hitam.

Bob Marley adalah keturunan campuran. Ayahnya Inggris berkulit putih, sedangkan ibunya adalah Afro-jamaika. Karenanya dia terlahir terlalu hitam untuk masuk ke golongan kulit putih dan terlalu putih untuk masuk ke dalam golongan kulit hitam. Namun pada akhirnya dia memilih masuk dalam golongan kulit hitam. Begitu juga dengan orang-orang kulit hitam yang selama ini selalu di dominasi oleh orang kulit putih, mereka selalu menjadi masyarakat kelas dua bahkan Yesus pun berkulit putih, kenapa bukan kulit hitam? Apa yang salah dengan kulit hitam? Dengan kemunculan Haile Sallassei yang memenuhi ramalan akhirnya mereka memiliki tuhan dari golongannya sendiri. Yah bagaimanapun juga itu hanya asumsi saya saja yang tak bisa dipegang kesahihannya.
Sekarang banyak orang-orang yang bukan kulit hitam atau afrika yang mengaku rastafarian dengan rambut gimbal, pakaian dan assessoris bewarna merah kuning hijau, menyukai/memainkan musik reggae, mengaku berideologi Rastafari, namun mereka tak bisa sepenuhnya dianggap rastafarian. Karena pada dasarnya rastafarian sejati itu adalah orang afrika yang secara sadar dibesarkan dengan rasa kebanggan terhadap warisan , agama, kebanggaan, dan keberadaannya di dunia sebagai orang kulit hitam Afrika atau… menganut agama Rastafari dan menjalankannya secara kaffah.

Dari bacaan di atas kita jadi tahu sedikit tentang hubungan-hubungan Dari mas Bob,tiga warna merah-kuning(emas)-hijau,ganja dan ternyata Rasta adalah sebuah Agama,tapi seperti kata mas tony Q Rastafara yang mengtakan "jangan ikuti Rastanya Tapi peras dan ambil filsafat baiknya yaitu "Cinta Damai".

MAKNA REGGAE DAN RASTA






Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan rasta.
Padahal,reggae
dan rasta
sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. "Reggae adalah nama
genre musik, sedangkan rasta atau singkatan dari rastafari adalah
sebuah pilihan jalan hidup, way of life," ujar Ras Muhamad (23),
pemusik reggae yang sudah 12 tahun menekuni dunia reggae di New York
dan penganut ajaran filosofi rasta. Repotnya, di balik ingar-bingar dan
kegembiraan
yang dibawa reggae, ada stigma yang melekat pada para penggemar musik
tersebut.
Dan stigma tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu
sendiri. "Di sini, penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah
disebut rastafarian, diidentikkan dengan pengisap ganja dan bergaya
hidup
semaunya, tanpa tujuan," ungkap Ras yang bernama asli Muhamad Egar ini.
Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan seseorang hidup
bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas.
Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging,
dan bahkan mengisap rokok. "Para anggota The Wailers (band asli Bob
Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari,"
papar Ras.

Ras mengungkapkan, tidak semua penggemar reggae
adalah penganut rasta, dan sebaliknya, tidak semua penganut rasta harus
menyenangi lagu reggae. Reggae diidentikkan dengan rasta karena Bob
Marley—pembawa genre musik tersebut ke dunia—adalah seorang penganut
rasta.

Ras menambahkan, salah satu bukti bahwa komunitas reggae di Indonesia
sebagian besar belum memahami ajaran rastafari adalah tidak adanya
pemahaman terhadap hal-hal mendasar dari filosofi itu. "Misalnya waktu
saya tanya mereka tentang Marcus Garvey dan Haile Selassie, mereka
tidak tahu. Padahal itu adalah dua tokoh utama dalam ajaran rastafari,"
ungkap pemuda yang menggelung rambut panjangnya dalam sorban ini.

Pemusik
Tony Q Rastafara pun mengakui, meski ia menggunakan embel-embel nama
Rastafara, tetapi dia bukan seorang penganut rasta. Tony mencoba
memahami ajaran rastafari yang menurut dia bisa diperas menjadi satu
hakikat filosofi, yakni cinta damai. "Yang saya ikuti cuma cinta damai
itu," tutur Tony yang tidak mau menyentuh ganja itu. Namun, meski tidak
memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari, para penggemar dan
pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapatkan sesuatu di balik musik
yang mereka cintai itu. Biasanya, dimulai dari menyenangi musik reggae
(dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu kemudian mulai tertarik
mempelajari filosofi dan ajaran yang ada di baliknya.

Seperti diakui Hendry Moses Billy, gitaris grup Papa Rasta asal Yogya, yang
mengaku
musik reggae semakin menguatkan kebenciannya terhadap ketidakadilan dan
penyalahgunaan wewenang. Setiap ditilang polisi, ia lebih memilih berdebat daripada "berdamai". "Masalahnya bukan pada uang, tetapi praktik seperti itu tidak adil," tandas Moses yang mengaku sering dibuntuti orang tak dikenal saat beli rokok tengah malam karena dikira mau beli ganja. Sementara Steven mengaku dirinya menjadi lebih bijak dalam memandang hidup sejak menggeluti musik reggae. Musik reggae, terutama yang dipopulerkan Bob Marley, menurut Steven, mengajarkan perdamaian, keadilan, dan antikekerasan. "Jadi kami memberontak terhadap ketidakadilan, tetapi tidak antikemapanan. Kalau reggae tumbuh, maka di Indonesia tidak akan ada perang. Indonesia akan tersenyum
dengan reggae," ujar Steven mantap. Sila dan Joni dari Bali menegaskan,
seorang rasta sejati tidak harus identik dengan penampilan ala Bob
Marley. "Rasta sejati itu ada di dalam hati," tandas Sila sambil
mengepalkan tangan kanan untuk menepuk dadanya.

Mari kita diskusikan artikel diatas tersebut....

Stigma populis yang hidup dalam masyarakat adalah tantangan untuk para Reggae Lovers. Yang di katakan Ras Muhammad soal Rastafari dan Reggae adalah hal yang berbeda adalah benar. Namun tidak bisa di kesampingkan antara Rastafari dan Genre musik Reggae adalah hubungan yang saling menguntungkan. Kaum Rastafari menggunakan Reggae sebagai alat atau media perlawanan, seperti halnya Punk dalam Anarkisme dan Sindikalis.

Nah ini yang harus segera di jawab di tengah stigma negatif yang hidup dalam masyarakat bahwa reggae adalah rastafarian, bahwa reggae adalah pengkonsumsi ganja. ketidaktahuan masyarakat yang menyebabkan stigma ini muncul dan hidup. tinggal cara kita sebagai reggae lovers meluruskan stigma ini menjadi positif. Media yang di miliki indoreggae mungkin jadi alat bantu untuk bisa meluruskan pandangan negatif terhadap reggae lovers.

Rastafari adalah spirit perlawanan yang harus tetap hidup dan jadi spirit kita untuk bisa bebas dari belenggu kapitalisme dan neoimperialisme sebagai turunannya. Kalau dahulu kaum Rastafarian berjuang melawan belenggu perbudakan, kini pun sama halnya. yang membedakan adalah bukan melawan perbudakan fisik melainkan perbudakan budaya dan ekonomi.
Reggae dan rasta

Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan rasta. Padahal,
reggae
dan rasta sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. "Reggae adalah nama
genre musik, sedangkan rasta atau singkatan dari rastafari adalah
sebuah pilihan jalan hidup, way of life," ujar Ras Muhamad (23),
pemusik reggae yang sudah 12 tahun menekuni dunia reggae di New York
dan penganut ajaran filosofi rasta. Repotnya, di balik ingar-bingar dan
kegembiraan
yang dibawa reggae, ada stigma yang melekat pada para penggemar musik
tersebut.
Dan stigma tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu
sendiri. "Di sini, penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah
disebut rastafarian, diidentikkan dengan pengisap ganja dan bergaya
hidup
semaunya, tanpa tujuan," ungkap Ras yang bernama asli Muhamad Egar ini.
Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan seseorang hidup
bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas.
Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging,
dan bahkan mengisap rokok. "Para anggota The Wailers (band asli Bob
Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari,"
papar Ras.

Ras mengungkapkan, tidak semua penggemar reggae
adalah penganut rasta, dan sebaliknya, tidak semua penganut rasta harus
menyenangi lagu reggae. Reggae diidentikkan dengan rasta karena Bob
Marley—pembawa genre musik tersebut ke dunia—adalah seorang penganut
rasta.

Ras menambahkan, salah satu bukti bahwa komunitas reggae di Indonesia
sebagian besar belum memahami ajaran rastafari adalah tidak adanya
pemahaman terhadap hal-hal mendasar dari filosofi itu. "Misalnya waktu
saya tanya mereka tentang Marcus Garvey dan Haile Selassie, mereka
tidak tahu. Padahal itu adalah dua tokoh utama dalam ajaran rastafari,"
ungkap pemuda yang menggelung rambut panjangnya dalam sorban ini.

Pemusik
Tony Q Rastafara pun mengakui, meski ia menggunakan embel-embel nama
Rastafara, tetapi dia bukan seorang penganut rasta. Tony mencoba
memahami ajaran rastafari yang menurut dia bisa diperas menjadi satu
hakikat filosofi, yakni cinta damai. "Yang saya ikuti cuma cinta damai
itu," tutur Tony yang tidak mau menyentuh ganja itu. Namun, meski tidak
memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari, para penggemar dan
pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapatkan sesuatu di balik musik
yang mereka cintai itu. Biasanya, dimulai dari menyenangi musik reggae
(dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu kemudian mulai tertarik
mempelajari filosofi dan ajaran yang ada di baliknya.

Seperti diakui Hendry Moses Billy, gitaris grup Papa Rasta asal Yogya, yang
mengaku
musik reggae semakin menguatkan kebenciannya terhadap ketidakadilan dan
penyalahgunaan wewenang. Setiap ditilang polisi, ia lebih memilih berdebat daripada "berdamai". "Masalahnya bukan pada uang, tetapi praktik seperti itu tidak adil," tandas Moses yang mengaku sering dibuntuti orang tak dikenal saat beli rokok tengah malam karena dikira mau beli ganja. Sementara Steven mengaku dirinya menjadi lebih bijak dalam memandang hidup sejak menggeluti musik reggae. Musik reggae, terutama yang dipopulerkan Bob Marley, menurut Steven, mengajarkan perdamaian, keadilan, dan antikekerasan. "Jadi kami memberontak terhadap ketidakadilan, tetapi tidak antikemapanan. Kalau reggae tumbuh, maka di Indonesia tidak akan ada perang. Indonesia akan tersenyum
dengan reggae," ujar Steven mantap. Sila dan Joni dari Bali menegaskan,
seorang rasta sejati tidak harus identik dengan penampilan ala Bob
Marley. "Rasta sejati itu ada di dalam hati," tandas Sila sambil
mengepalkan tangan kanan untuk menepuk dadanya.

Mari kita diskusikan artikel diatas tersebut....

Stigma populis yang hidup dalam masyarakat adalah tantangan untuk para Reggae Lovers. Yang di katakan Ras Muhammad soal Rastafari dan Reggae adalah hal yang berbeda adalah benar. Namun tidak bisa di kesampingkan antara Rastafari dan Genre musik Reggae adalah hubungan yang saling menguntungkan. Kaum Rastafari menggunakan Reggae sebagai alat atau media perlawanan, seperti halnya Punk dalam Anarkisme dan Sindikalis.

Nah ini yang harus segera di jawab di tengah stigma negatif yang hidup dalam masyarakat bahwa reggae adalah rastafarian, bahwa reggae adalah pengkonsumsi ganja. ketidaktahuan masyarakat yang menyebabkan stigma ini muncul dan hidup. tinggal cara kita sebagai reggae lovers meluruskan stigma ini menjadi positif. Media yang di miliki indoreggae mungkin jadi alat bantu untuk bisa meluruskan pandangan negatif terhadap reggae lovers.

Rastafari adalah spirit perlawanan yang harus tetap hidup dan jadi spirit kita untuk bisa bebas dari belenggu kapitalisme dan neoimperialisme sebagai turunannya. Kalau dahulu kaum Rastafarian berjuang melawan belenggu perbudakan, kini pun sama halnya. yang membedakan adalah bukan melawan perbudakan fisik melainkan perbudakan budaya dan ekonomi.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Susah Senang Bersama - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger